Perkuliahan
semester pertama program pascasarjana (PPs) UIN Yogyakarta yang
saya dan teman-teman jalani akan berakhir. Untuk kelas PPI (Pemikiran Pendidikan Islam) angkatan ini (angkatan 2012) hanya terdapat satu
kelas yang terdiri dari 17 mahasiswa kemudian berkurang menjadi 15 mahasiswa (2
mahasiswa pindah konsentrasi). Kelas lain, misal konsentrasi PAI memiliki tiga
kelas sesuai jumlah peminat yang memilih konsentrasi tersebut. Saya beruntung memiliki teman-teman beragam yang berasal latar belakang daerah, kampus (S1), dan kemampuan
akademik yang berbeda.
Kampus tempat kami kuliah,
UIN termasuk gedung pascasarjana memiliki luas 10 ha yang
terdiri dari kampus timur dan kampus barat yang saling berdekatan dan
dihubungkan dengan jalan bawah tanah (underpass) dan jembatan layang.
Kampus dilengkapi dengan fasilitas teknologi informasi (information
technology) yang canggih, termasuk jaringan internet dengan akses cepat dan
layanan perpustakan dengan sistem mandiri (radio frequency identification /RFID).
Kelas dilengkapi dengan LCD (proyektor) sebagai media pembelajaran termasuk
papan tulis (white board) serta AC. Kursi dan meja ditata dengan
baik agar memudahkan sistem perkuliahan.
Dulu
saya beranggapan bahwa satu semester dilalui selama enam bulan, namun tidak
demikian. Satu semester bukanlah enam bulan seperti anggapan saya. Satu
semester untuk perkuliahan yang kami ikuti hanya berlangsung selama kurang
lebih tiga bulan (mulai pertengahan September hingga Desember) dengan minimal
12 pertemuan. Mungkin satu semester dihitung dari proses registrasi sampai
pengumuman nilai studi keluar.
Semester
awal ini kami diberikan enam mata kuliah yang sudah dipaketkan (ditentukan). Mata
kuliah yang diambil berdasarkan sistem kredit semster (SKS) yang telah
ditentukan sampai berakhir semua perkuliahan selama empat semster (2 tahun),
artinya kami tidak mengambil mata kuliah berdasarkan pilihan melainkan
berdasarkan ketentuan pihak program studi (Magister Pendidikan Islam). Mata
kuliah yang diambil terdiri dari mata kuliah agama dan umum yang saling
terintegrasi, dengan dosen yang bergelar doktor dan beberapa dosen telah menyandang
status guru besar (profesor).
Pada semster ini kami tidak menjumpai adanya
ujian tengah semester (middle test) seperti layaknya perkuliahan S1
dulu. Bahkan untuk ujian akhir (final test) ada dosen yang hanya
mensyaratkan revisi makalah (paper) sebagai pengganti ujian tersebut.
Beberapa mata kuliah telah selesai dan tinggal menunggu masa ujian yang akan
dilaksanakan pada pertengahan Januari mendatang. Ada satu mata kuliah yang
sudah melaksanakan ujian akhir.
Untuk
dosen yang berhalangan hadir, diadakan kuliah pengganti di hari lain. Beberapa
mata kuliah harus diadakan selama dua kali dalam seminggu untuk mengejar
ketertinggalan waktu. Dalam perkuliahan maupun kegiatan luar kuliah yang
diadakan di kampus, kebebasan akademik (academic freedom) sangat
dijamin. Setiap civitas akademika (dosen-mahasiswa) diberi kebebasan untuk
menyampaikan pendapat, kritik maupun sarannya tanpa ada halangan dari manapun.
Hal yang sangat mendukung proses perkuliahan. Dosen menghargai pendapat
mahasiswa begitu pun sebaliknya.
Metode
perkuliahan yang diterapkan adalah dengan tatap muka (kelas) dengan metode
ceramah, diskusi, penugasan, dan seminar kelas (makalah). Mahasiswa dituntut
untuk lebih aktif daripada dosen yang bertugas sebagai fasilitator, motivator,
dan kreator untuk menciptakan suasana pembelajarn yang kondusif. Setiap dosen
memiliki karakter mengajar yang berbeda satu dengan yang lain.
Ada
dosen yang sangat dominan perannya dalam kelas, sehingga kami hanya mendengar
ceramah dosen tersebut, walaupun dosen tersebut ahli di bidang yang
diajarkannya. Ini tentu membuat kami tidak begitu leluasa dalam pembelajaran
tersebut, walaupun kadang-kadang kami bisa nyantai. Namun umumnya para dosen
menghargai pendapat dan usaha mahasiswa dalam seminar kelas.
Selain
mengikuti perkuliahan, kegiatan luar seperti seminar, diskusi, dan lainnya juga
kami ikuti. Berbagai tokoh yang hadir dalam acara-acara tersebut tidak hanya
berkaliber nasional namun juga memiliki reputasi internasional. Selain
pengalaman, pengetahuan dan wawasan pun juga bisa diperoleh di mana saja.
0 komentar:
Posting Komentar