Selasa, 09 Juli 2013

Jatim & Bali

Joger jalan Raya Kuta

Krisna jalan Raya Tuban-Kuta

Serimbi jalan Raya Kuta seberang Joger

Dekat pantai Kuta

















21 Juni 2013, go traveling. Liburan panjang yang sudah dinanti. Sebelumnya saya sudah booking &  pesan tiket pulang ke Kalimantan, 11 Juli via Surabaya-Banjarmasin. Lumayan dapat tiket promo murah Rp. 236.000, pesawat Lion Air. Menunggu waktu kepulangan yang masih lama, saya sudah menyusun rencana traveling, yaitu daerah sekitar Jawa Timur dan Bali. Rute-rute yang akan saya datangi adalah
-       Daerah Kediri (21 Juni)
-       Malang (23 Juni)
-       Surabaya (25 Juni)
-       Bali (Juli)
Berbagai persiapan sudah saya lakukan, termasuk mengontak teman-teman yang akan menampung saya di kos dan rumahnya selama traveling. It’s time to go.



PLOSOKLATEN-KEDIRI, JAWA TIMUR
Untuk ke Kediri saya sudah dapat jadwal keberangkatan yaitu 21 Juni bersama teman. Kami berangkat dari Jogja ke Kediri menggunakan sepeda motor. Pengalaman pertama saya dari Jogja ke Kediri menggunakan sepeda motor. Sebelumnya saya juga sudah pernah bersama teman menggunakan motor dari Pare ke Jogja. Memang resiko naik motor untuk perjalanan jauh apalagi di Jawa, bukanlah hal yang gampang. Lalu lintasnya termasuk terpadat dengan banyaknya kendaraan (mobil, bis, truk, dsb) yang berlalu lalang dengan luas jalan yang tidak terlalu luas plus beberapa ruas jalan ada yang bolong-bolong, bergelombang, dsb. Perjalanan yang kami tempuh relatif aman dan lancar beberapa kali kami singgah untuk mengisi perut sembari istirahat dan mengisi bensin. Tidak begitu banyak hal yang bisa saya ceritakan di sini. Ya, mungkin di sini hanya numpang makan minum plus istirahat selama 2 hari.

MALANG, JAWA TIMUR
Dari pertigaan Pare, Kediri, saya menunggu bis yang akan menuju Malang. Biasanya bis yang berangkat ke Malang adalah Puspa Indah (warnanya biru muda) dari Kediri. Saat itu waktu sudah pukul 10an menjelang pukul 11 siang, bis pertama yang saya lihat full penumpang, beberapa penumpang nampak berdiri (kapasitas kursi terbatas). Saya urung naik bis tersebut. Saya masih nunggu bis berikutnya. Hasilnya sama, full penumpang.  Tapi daripada kesorean, saya tetap naik bis yang kedua itu. Sepanjang perjalanan ke Malang saya and penumpang lain berdiri sambil berpegangan pada pegangan yang ada di langit-langit bis. Lumayan capek berdiri selama 3 jam perjalanan.

Di Malang saya nginap di kos teman yang kuliah di Unmuh (kampus III), tepatnya di belakang kampus kawasan Tlogomas. Ke Malang bukan perjalanan pertama, saya sudah beberapa kali ke kota ini. Udaranya kota sejuk dan nyaman. Malam harinya saya diajak teman jalan-jalan menikmati suasana kota sembari nyari makan & nonbar Arema Vs Sriwijaya FC. Saya cukup puas di sini. Sama seperti tempat sebelumnya, saya berada di malang sekitar 2 hari. Destinasi berikutnya adalah Surabaya.
SURABAYA, JAWA TIMUR
Kawasan Trawas-Pegunungan Penanggungan, Kab. Pasuruan
Saya bingung ketika hendak ke Surabaya, terutama masalah tempat nginap. Saya coba menghubungi 2 teman saya di Surabaya. Tempat keduanya tidak memungkinkan bagi saya untuk tinggal. Saya coba ke teman yang lain. Syukur, saya bisa dapat tempat. Saya akan di jemput di terminal Bungurasih/Purabaya nanti ketika nyampe sana. Dari terminal Arjosari Malang saya naik bis ekonomi (nonpatas). Perjalanan ke Surabaya saya rasa cukup singkat, mungkin sekitar 2,5 jam. Saya tinggal di Surabaya selama 1 minggu dan nginap di kos teman. Tidak banyak yang perlu saya tulis di sini. Inti tulisan ini sebenarnya adalah Bali. Ok guys!                                         

BALI
Traveling pertama saya ke Bali. Sudah lama saya memimpikan Bali sebagai destinasi. Akhirnya mimpi ke Bali bisa terwujud. Mengenai Bali, saya sudah searching infonya di internet. Anyway, apa aja yang saya dapat di Bali? Saya mulai dari perjalanan ke Bali. Start pertama saya adalah terminal Bungurasih/Purabaya Surabaya. Di sini kita bisa memilih bis tujuan Denpasar atau bisa juga naik travel (gak mesti harus di terminal buat nyari travel). Ada beberapa bis rute Surabaya-Denpasar, seperti Pahala Kencana, Zena, Restu Mulya, Gunung Harta, dll. Bis-bis tersebut adalah kelas eksekutif/patas. Saya berangkat setelah harga BBM naik. Tiket saya dengan bis Gunung Harta (bis warna hijau) Rp. 175.000. Sebelum naik Gunung Harta saya bingung menentukan pilihan bis, maklum pertama plus menghindari tawaran calo-calo yang mematok harga tinggi. Calo pertama ngasih harga Rp. 190.000, lalu turun Rp. 180.000.
Peta Pulau Bali (nemu di internet)
Saya mendatangi papan informasi jadwal keberangkatan dan daftar harga tiket untuk mencari tahu informasi resminya. Calo kedua (berpakaian resmi petugas bis) mendekati saya sambil menawarkan tiket dengan harga Rp. 210.000. Petugas bis ketiga (calo atau bukan ya?), ngasih harga Rp. 175.000. So, saya mencari pusat informasi terminal untuk mencari tahu harga tiket resmi bis. Sayang, petugas yang saya tanya memberikan jawaban yang kurang meyakinkan bahkan ragu-ragu dan terkesan tidak tahu. Mending saya langsung ke bis-bis yang berjejaran rute Denpasar sambil menunggu jam keberangkatan. Hari semakin sore, hujan sudah turun dan lebat. Setelah lama menunggu sambil melihat-lihat penumpang yang menaiki bis tujuan Denpasar, saya memberanikan diri naik bis Gunung Harta yang sudah hampir penuh penumpang. Apakah Rp. 175.000 terlalu mahal? Tak apalah, it’s time to go!
Ya, saya bisa berangkat juga. Rata-rata bis yang membawa kita ke Bali memberikan fasilitas makan-minum 1 kali di daerah Situbondo, 1 botol minuman mineral, roti, selimut, bantal, nonton film (waktu naik Gunung Harta para penumpang disuguhi film komedi Warkop DKI selama 2 kali dengan judul film yang berbeda). Saya tidak mendapat Wifi gratis di bis tersebut. Bis yang lain biasanya menyediakan Wifi gratis.
Perjalanan sempat mengalami kemacetan di kawasan Gempol (Kab. Sidoarjo atau Kab. Pasuruan ya?). Perjalanan ke Bali ditempuh selama kurang lebih 12 jam. Saya berangkat dari Surabaya pukul 17.30 WIB dan tiba di Bali pukul 08.00 WIB (09.00 WITA, waktu yang dipakai di Bali). Sampai di penyebarangan Ketapang Banyuwangi, Jawa Timur sekitar pukul 2 dini hari. Lama menyebrang kurang lebih 1 jam menggunakan kapal feri. Selama di feri kita bisa keluar bis dan naik ke bagian atas kapal feri untuk melihat-lihat keadaan laut. Tiba di pelabuhan Gilimanuk, Bali semua penumpang diperiksa kartu identitasnya (KTP) oleh petugas dinas perhubungan maupun polisi setempat. Perjalanan masih membutuhkan 4 jam lagi untuk sampai ke Denpasar. Saya asyikin menikmati pemandangan pulau Bali dari balik kaca bis.
Tapi, tidak semua penumpang diturunkan dekat terminal Ubung di Denpasar. Info terbaru yang saya dapat, penumpang diturunkan di terminal Mengwi, sebelum terminal Ubung jl Cokroaminoto Denpasar. Jaraknya cukup jauh ke terminal Ubung. Untuk menuju terminal Ubung, kita dapat menggunakan angkot warna biru. Kata teman saya tarifnya sekitar Rp. 10.000. Bis Gunung Harta yang membawa saya dan penumpang lain tidak singgah di Mengwi, melainkan terus melewatinya. Bis baru singgah di agen perwakilannya di sekitar (lupa nama tempatnya). Bis yang kami tumpangi berganti. Penumpang diminta ke bis berikutnya. Bis inilah yang membawa kami langsung ke terminal Ubung-Denpasar. Penumpang dikenakan tarif Rp. 5.000. Saya dijemput teman saya di terminal Ubung. Jarak Ubung ke Kuta ternyata cukup jauh. Mungkin kita bisa naik ojek atau angkotlah ke Kuta, jangan lupa tanya harga & lobi harga semurah mungkin.
Tiket bis berangkat & pulang Surabaya-Denpasar & Denpasar-Surabaya
Saya tinggal di Bali, tepatnya di Kuta, Kab. Badung. Kawasan paling ramai di Bali & menjadi pusat turis-turis asing yang liburan di Bali. Dari Kuta kita bisa ke pantai Kuta, pantai Legian, monumen Bom Bali, kawasan jalan Legian, akses mudah ke bandara internasional Ngurah Rai, bundaran patung kuda Satria Gatotkaca, shopping di Joger, Serimpi Bali, Krisna, dll. Pokoknya ramelah di Kuta. Saya tinggal di rumah teman jl. Kendedes depan pasar Kuta II atau di belakang Joger (salah satu pusat oleh-oleh Bali). Berada di Bali selama 5 hari (Kamis tiba, senin sore pulang), sekitar 5 hari 4 malam lah. Gak semua tempat menarik saya datangi. Next time maybe!

Tempat Ibadah (Masjid, Gereja, Vihara, Pura)
Pura, tempat sembahyang umat Hindu, banyak bertebaran di Bali. Hindu termasuk agama mayoritas di Bali. Setiap rumah masyarakat Hindu Bali memiliki pura. Di tempat-tempat umum juga terdapat semacam pura untuk berdoa. Sementara gereja juga ada di Bali. Di dekat bandara Ngurah Rai terdapat gereja yang bersebelahan dengan mesjid. Untuk Vihara juga bisa dijumpai di Kuta.
Mesjid dekat Bandara Ngurah Rai


Pura dekat Pantai Kuta
Di Bali, Islam termasuk agama minoritas dibandingkan agama Hindu. Namun seiring kedatangan perantau muslim ke Bali untuk mencari nafkah, maka keberadaan Islam dan penganutnya pun semakin eksis hingga sekarang. Tempat ibadah, seperti masjid dapat kita jumpai walalupun tidak terlalu banyak, biasanya jaraknya sekitar 1 km atau lebih. Beberapa masjid yang saya jumpai dan sempat salat Jumat adalah komplek Kompi Senapan A jalan raya Tuban Kuta, masjid Nurul Huda dekat gerbang keluar masuk bandara internasional Ngurah Rai Kuta, dan di daerah lain di Bali. Beberapa madrasah dari ibtidaiyah hingga aliyah pun ada, namun jumlahnya sangat sedikit.

Makanan
Untuk ngisi perut tidak sulit mencari makanan baik murah maupun harga selangit. Banyak restoran, warung makan, penjual makanan keliling yang bertebaran. Juga tersedia makanan Indonesia maupun luar (Chinese, Thailand, Japanese, dll). Makanan halal pun tidak terlalu sulit mendapatkannya. Banyak restoran, rumah makan, warung maupun penjaja keliling yang menjual makanan halal, biasanya ada tulisan Arab maupun latin “halal” dan tulisan “warung muslim”. Kebanyakan penjual makanan halal tersebut adalah warga perantau dari Jawa maupun Padang yang sudah lama tinggal di Bali.
Pantai-pantai di Bali
Pantai Kuta

Sunset di pantai Legian





 
Pelepasan anak penyu di Pantai Kuta






























 
Pantai Pandawa


Pantai Dreamland

Patung-patung Pandawa di kawasan Kutuh




Transportasi
Untuk jalan-jalan di Bali, ada beberapa moda transportasi yang bisa digunakan terutama untuk mencapai lokasi wisata, diantaranya motor, mobil, trans Sarbagita (sejenis trans Jogja atau bus transjakart). Sepeda, motor dan mobil bisa kita sewa. Mengenai harga (kurang tau ya, saya ke Bali beberapa hari setelah harga BBM naik). Selama di Kuta, saya biasanya dibonceng teman ke lokasi-lokasi wisata atau sekedar keliling kota. Kita juga bisa jalan kaki terutama di Kuta.

Tempat-tempat yang belum dikunjungi
Tanah Lot
Bedugul
Besakih
Lovina
Kintamani
Uluwatu
Pantai Sanur
Pantai Lovina
Tanjung Benoa
dll, masih ada waktu buat traveling episode berikutnya. Wait & see.

Monumen Bom Bali I jl. Legian-Kuta
Saya kembali ke Surabaya melalui terminal Ubung Denpasar dengan bis Pahala Kencana. Tiket pulang sama dengan tiket berangkat yaitu Rp. 175.000. Saya sudah memesan tiket saat berada di Kuta, daripada beli di terminal. Jarak Kuta ke terminal Ubung cukup jauh, hampir 1 jam plus macetnya jalan. Walaupun Bali termasuk mayoritas warganya beragama Hindu, namun tidak sulit mencari mesjid/mushalla. Di terminal Ubung pun juga tersedia mushalla. Bis berangkat pukul 17.30 WITA/ 16.30 WIB.
Dalam penyeberangan kapal feri Gilimanuk-Ketapang penumpang bis diminta keluar, karena ombak sedang tinggi. Waktu menunjukkan pukul 10.00 an malam. Perjalanan berlanjut. Tiba di terminal Bungurasih Surabaya menjelang subuh. Saya berharap bisa ke Bali lagi.....The End.

Biaya:
1.    Yogyakarta-Kediri                                            free (naik motor)
Nginap di Plosoklaten-Kediri                          free (rumah teman)
2.    Pare-Malang                                                      Rp. 15.000 (bis Puspa Indah)
Nginap di Malang                                               free (kos teman)
Makan-minum                                                    Rp. 6.000/porsi
3.    Malang-Surabaya                                             Rp. 11.500 (bis ekonomi/non patas)
Nginap di Surabaya                                            free (kos teman)
Makan-minum                                                    free (ditraktir)
4.    Surabaya-Denpasar                                          Rp. 175.000 (bis Gunung Harta)
Nginap di Kuta                                                    free (rumah teman)
5.    Denpasar-Surabaya                                          Rp. 175.000 (bis Pahala Kencana)

Saran perjalanan
  • Jangan lupa membawa peta/map Bali atau daerah-daerah di Bali
  • Pelajari informasi mengenai Bali sebelum berangkat.
  • Untuk menjangkau kawasan/daerah wisata yang jauh atau sekedar keliling kota, bisa menyewa sepeda motor atau mobil perhari.
  • Sediakan obat anti mabuk perjalanan.
  • Waktu terbaik ke pantai adalah sore hari (sekitar pukul 16.00 WITA atau 4 sore waktu Bali/15.00 WIB atau 3 sore waktu Jawa).
  • Saat berada di terminal, hindari calo yang menawarkan harga mahal tiket di luar harga resmi.
  • Berhati-hati terhadap pengemis di terminal Ubung, cenderung memaksa.
  • Tanyalah informasi ke petugas terminal (pegawai dinas perhubungan) di pusat informasi/information centre.
  • Pelajari peta/denah terminal dengan baik.
Patung konservasi penyu kawasan pantai Kuta

Dekat pantai Kuta





Rabu, 13 Februari 2013

Apa Makna Traveling bagi Saya?


To the point aja! Bagi saya jalan-jalan (traveling) merupakan aktivitas menarik dan unik. Tidak semua orang bisa mengalami dan merasakan dalam hidupnya. Filosofi jalan-jalan adalah mencari kepingan (mozaik) hidup di tempat yang dikunjungi. Sesuatu yang berbeda atau sama akan dijumpai ketika melakukan traveling ke suatu tempat. Pengalaman-pengalaman yang dialami dan dirasakan saat bepergian akan menambah perbendaharaan diri saya tentang sesuatu.
Sejak kecil bersama teman-teman sepermainan, saya seringkali bermain ke suatu tempat mencari sesuatu atau sekedar jalan-jalan. Masuk hutan, ke ladang, pantai, ke goa, ke air terjun, memancing, dan sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan kegiatan yang sesekali kami lakukan di tengah rutinitas permainan lain, semacam sepakbola, mandi di sungai, main petak umpet maupun permainan lainnya. Kegiatan yang menjadi hiburan bagi kami.

Aktivitas masa kecil tersebut telah membentuk saya menjadi seorang yang ingin merasakan pengalaman hidup di tempat lain. Saya tidak pernah masuk organisasi pecinta alam atau komunitas petualang. Kegiatan berpetualang telah saya lakukan sejak kecil dan membuncah saat ini, mungkin akan mencapai puncaknya nanti saat saya menyelesaikan studi dan mungkin juga bisa redup di saat yang tidak terkira. Alam, lingkungan permainan, dan didikan orang tua telah memberikan bekal hidup berupa pengalaman dan kecakapan menjadi seorang yang suka jalan-jalan.
Ketika berpetualang saya tidak mempunyai standar tertentu. Prinsip saya adalah hemat uang dalam bepergian. Kalo ada tumpangan berupa kos atau nginap gratis, ngapain harus tinggal di penginapan atau homestay. Makan minum pun saya mesti pilih-pilih yang lebih murah. Maklum, belum punya penghasilan sendiri. Namun syukurlah di banyak tempat di Indonesia, saya dapat menemukan dan memilih tempat makan yang murah. 

Untuk perjalanan (traveling) jauh saya tentu melakukan persiapan-persiapan, seperti apa yang perlu dibawa dan yang tidak, mempelajari atau mencari info tentang tempat tujuan, menghubungi teman buat menginap gratis (kalo ada, biasanya ada), dan yang lainnya. Terkadang saya bisa saja menuju suatu tempat yang baru di luar rencana. Saya bersyukur pada Tuhan jika saya bisa menuju tempat baru di luar perkiraan dan rencana saya. Bagi saya ini adalah sebuah bonus perjalanan.
Beberapa pengalaman bepergian bersama teman-teman telah memberikan saya pelajaran. Saya harus selektif dalam memilih teman ketika ingin jalan-jalan ke tempat yang cukup jauh. Tidak jarang terjadi ketidakcocokan dengan teman. Pernah suatu saat, ketika jalan-jalan ke daerah Jawa Timur (setahun yang lalu) saya dan teman mau jalan-jalan bersepeda, namun teman saya yang satunya (kami berjumlah tigaorang) meminta saya dan teman saya pulang menemaninya di kos. Ia merasa sendirian. Pernah juga dalam memilih tempat makan terjadi ketidakcocokan atau bertengkar kecil karena beda keinginan. Pengalaman inilah yang menjadi salah satu bekal saya.

Jalan-jalan sendiri atau bareng bukanlah masalah bagi saya. Jika ada partner yang cocok akan saya lakukan. Namun bila tidak, ya jalan sendiri. Tapi untuk melakukan perjalanan lebih baik bersama teman. Kita bisa saling menolong, berbagi kesenangan dan beban, dan bisa ngirit ongkos perjalanan.
Berpetualang bukan hanya merasakan manisnya jalan-jalan, berbagai kondisi dan situasi menyenangkan, menyusahkan, dan lainnya senantiasa mengiringi langkah ketika jalan-jalan. Bagi saya jalan-jalan bukan sekedar melepas segala kepenatan atau kegalauan semata, lebih dari itu jalan-jalan adalah mencari inspirasi, menemukan, belajar, beradaptasi, dan sebagainya. Intinya jalan-jalan dapat memberikan saya sesuatu yang bermanfaat.

Itu saja sepenggal cerita yang bisa saya share di sini. Moga bermanfaat.

Senin, 11 Februari 2013

Liburan (lagi) ke Jawa Timur


Walaupun sering mengunjungi daerah dan tempat yang sama, namun cerita yang  bisa dikisahkan di dalamnya bisa berbeda. Itu yang saya alami ketika harus berlibur lagi ke Jatim, Surabaya dan Pare. Saya memulai perjalanan dari Jogja menggunakan bis eksekutif. Saya mempertimbangkan lebih baik menggunakan bis eksekutif, selain dapat jatah makan-minum, saya juga bisa salat, karena bis akan berhenti sekitar 20 menit di Ngawi. Beda dengan bis ekonomi yang tidak akan berhenti kecuali di terminal atau menurunkan dan menaikkan penumpang.
Bis menempuh perjalanan sekitar 7 atau 7,5 jam ke Surabaya. Saya tiba pukul 7 malam di terminal Bungurasih/Purabaya Surabaya. Berangkat sekitar pukul 10 pagi dari terminal Giwangan Jogja. Dari terminal saya naik angkot ke kontrakan teman. Khawatir juga naik angkot malam-malam. Rawan kejahatan.
Di Surabaya saya menginap di kontrakan  teman selama 3 hari. Sedikit lebih hemat ketimbang menginap di hotel atau penginapan. Teman saya adalah mahasiswa di PTAIN Surabaya, sedang magang sebagai penyiar radio swasta di Surabaya. Kami sama-sama asli Kalimantan dan satu kampus di Banjarmasin dulunya.

Tidak terlalu banyak tempat yang saya explore di sini kecuali beberapa saja. Padahal Surabaya sebagai kota pahlawan dan kota terbesar kedua setelah Jakarta memiliki tempat bagus untuk traveling. Salah satu tempat menarik yang saya dan teman kunjungi adalah taman Tugu Pahlawan. Tempat ini bagus dan menarik dengan beberapa patung pahlawan, mobil tua, taman hijau, museum dan pernak-perniknya.
Dari Surabaya saya menuju destinasi berikutnya, Pare. Saya lama berada di sini dulu untuk belajar bahasa Inggris. Di Pare saya berencana tinggal selama dua minggu. Saya tinggal di kos dengan tarif Rp 60.000 ditambah sewa sepeda Rp 20.000. Saya akan menulis, memotret objek menarik tentang Pare, dan jalan-jalan. Saya berencana mengambil kursus IELTS (International English Language Testing System) atau semacam TOEFL (Test of English as Foreign Language).
Di Pare saya menemukan teman-teman baru yang berasal dari beragam daerah di Indonesia. Tukar informasi dan sebagainya tentu bisa saya dapatkan di sini. Kesempatan untuk memperluas jaringan pertemanan tak akan saya sia-siakan. Pare sebenarnya juga bisa dijadikan sebagai kampung pertemuan beragam manusia Indonesia dengan beragam latar belakang sosial, budaya, agama, dan sebagainya.
Namun saya tidak menemukan kursus untuk periode tanggal 25 yang konsen ke IELTS. Yang ada hanya satu bulan dan dua minggu periode tanggal 10. Jadinya saya hanya  jalan-jalan, foto-foto, dan menulis. Tidak banyak aktivitas yang saya lakukan di Pare, kecuali menghabiskan waktu dengan ketiga aktivitas di atas plus mengunjungi orang-orang yang saya kenal di Pare sebelumnya. 

Dua hari sebelum kembali ke Jogja, saya dan teman baru saya jalan-jalan ke kawasan wisata Gunung Kelud yang terletak di kecamatan Ngancar, Kab. Kediri. Sekitar satu jam lebih perjalanan menggunakan motor. Pemandangan alam yang disajikan begitu indah dan mempesona mata yang memandang. Perbukitan, pegunungan, dan pepohonan yang menghijau terhampar sepanjang mata memandang. Udara sejuk yang menyeruak membuat tubuh terasa nyaman. Puncak pegunungan dan tebing curam seolah-olah enggan menampakan dirinya karena ditutupi kabut tipis. Cahaya matahari yang bersinar sesekali nampak redup ditutupi awan mendung dan kabut tipis. 

Beberapa tempat menarik yang ada di kawasan wisata Gunung Kelud di antaranya adalah anak Gunung Kelud yang di setiap sisinya mengeluarkan uap-uap belerang, gardu pandang di atas bukit tempat memandang pegunungan, perbukitan, dan pepohonan hijau, air panas belerang dan air pegunungan segar yang mengalir bersamaan, dan beberapa tempat menarik lainnya.
Untuk mencapai tempat memandang yang ada di atas kita harus menaiki tangga yang cukup panjang dan berkelok. Begitu pun untuk mencapai air panas belerang dan air segar pegunungan kita juga harus menuruni tangga yang panjang.Tapi semuanya akan terasa indah dan memuaskan jika kita berhasil mencapainya.
Kawasan ini juga dilengkapi warung makan yang berjejer, mushalla, toilet pria dan wanita, tempat parkir luas dan para petugas penjaga, petunjuk area tujuan, kursi-kursi dan atap berteduh, dan terowongan panjang yang dilengkapi lampu. Biaya masuk untuk dewasa hari Senin-Jumat sekitar Rp 8.000, apabila membawa motor dikenakan Rp 1.000, dan untuk parkir motor Rp 3.000. Untuk hari lainnya tiket dewasa, anak-anak, dan parkir mobil silakan liat di daftar harga.
Setelah Pare, saya mempunyai beberapa rencana, seperti ke Malang dan Solo atau langsung balik ke Jogja. Namun masih fifty-fifty. Untuk ke Malang saya mesti nunggu teman yang akan ke Malang. Ke Solo mungkin bisa dilakukan sebelum atau sesudah ke Jogja.
Akhirnya saya balik ke Jogja bareng teman baru yang juga sama-sama kuliah di Jogja namun beda kampus. Ia mengajak saya pakai sepeda motor ke Jogja. Pengalaman  pertama perjalanan jauh di Jawa menggunakan sepeda motor. Kami berangkat pukul 7.30 WIB dari Pare. Beberapa kabupaten kami lewati sebelum sampai ke Jogja seperti Jombang, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Sragen, Solo, dan Klaten. Jalanan banyak yang berlubang. Beberapa kali kendaraan kami menabrak lubang jalan yang bisa berbahaya bagi pengendara. Untuk roda empat tentu tidak terlalu bermasalah, namun bagi roda dua cukup mengkhawatirkan dan berbahaya. Kami sempat menyaksikan dua kali razia sepeda motor oleh polisi, namun kami selamat karena SIM dan STNK ada.
Di Solo kami sempat tersesat untuk menemukan warung ayam tulang lunak favorit saya. Kami akan makan siang di warung yang terletak tidak jauh dari kampus Universitas Sebelas Maret tersebut. 1 porsi ayam + nasi lalapan seharga Rp 10.000. Selesai makan kami melanjutkan perjalanan ke Jogja. Solo sedang mendung. Hujan lebat sempat menghentikan perjalanan kami cukup lama. Beberapa titik terkena dampak banjir akibat hujan lebat. Setelah berpikir kami lanjutkan saja perjalanan ini. Hujan sepertinya akan lama. Laptop, netbook, kamera, HP, dan dompet saya letakkan di bawah jok motor.
Kami tiba di Jogja sore hari namun hari belum gelap. Jogja tidak diguyur hujan malah cuaca cerah. Saya kembali lagi ke kota Gudeg. Spirit baru pasca liburan.
My journey is my experience.
 
Copyright © 2010 Traveling | Design : Noyod.Com