Walaupun
sering mengunjungi daerah dan tempat yang sama, namun cerita yang bisa dikisahkan di dalamnya bisa berbeda. Itu
yang saya alami ketika harus berlibur lagi ke Jatim, Surabaya dan Pare. Saya
memulai perjalanan dari Jogja menggunakan bis eksekutif. Saya mempertimbangkan
lebih baik menggunakan bis eksekutif, selain dapat jatah makan-minum, saya juga
bisa salat, karena bis akan berhenti sekitar 20 menit di Ngawi. Beda dengan bis
ekonomi yang tidak akan berhenti kecuali di terminal atau menurunkan dan
menaikkan penumpang.
Bis
menempuh perjalanan sekitar 7 atau 7,5 jam ke Surabaya. Saya tiba pukul 7 malam
di terminal Bungurasih/Purabaya Surabaya. Berangkat sekitar pukul 10 pagi dari
terminal Giwangan Jogja. Dari terminal saya naik angkot ke kontrakan teman.
Khawatir juga naik angkot malam-malam. Rawan kejahatan.
Di
Surabaya saya menginap di kontrakan teman
selama 3 hari. Sedikit lebih hemat ketimbang menginap di hotel atau
penginapan. Teman saya adalah mahasiswa di PTAIN Surabaya, sedang magang
sebagai penyiar radio swasta di Surabaya. Kami sama-sama asli Kalimantan dan
satu kampus di Banjarmasin dulunya.
Tidak
terlalu banyak tempat yang saya explore di sini kecuali beberapa saja.
Padahal Surabaya sebagai kota pahlawan dan kota terbesar kedua setelah Jakarta
memiliki tempat bagus untuk traveling. Salah satu tempat menarik yang saya dan
teman kunjungi adalah taman Tugu Pahlawan. Tempat ini bagus dan menarik dengan
beberapa patung pahlawan, mobil tua, taman hijau, museum dan pernak-perniknya.
Dari
Surabaya saya menuju destinasi berikutnya, Pare. Saya lama berada di sini dulu
untuk belajar bahasa Inggris. Di Pare saya berencana tinggal selama dua minggu.
Saya tinggal di kos dengan tarif Rp 60.000 ditambah sewa sepeda Rp 20.000. Saya
akan menulis, memotret objek menarik tentang Pare, dan jalan-jalan. Saya berencana
mengambil kursus IELTS (International English Language Testing System)
atau semacam TOEFL (Test of English as Foreign Language).
Di
Pare saya menemukan teman-teman baru yang berasal dari beragam daerah di
Indonesia. Tukar informasi dan sebagainya tentu bisa saya dapatkan di sini.
Kesempatan untuk memperluas jaringan pertemanan tak akan saya sia-siakan. Pare
sebenarnya juga bisa dijadikan sebagai kampung pertemuan beragam manusia
Indonesia dengan beragam latar belakang sosial, budaya, agama, dan sebagainya.
Namun
saya tidak menemukan kursus untuk periode tanggal 25 yang konsen ke IELTS.
Yang ada hanya satu bulan dan dua minggu periode tanggal 10. Jadinya saya hanya
jalan-jalan, foto-foto, dan menulis. Tidak
banyak aktivitas yang saya lakukan di Pare, kecuali menghabiskan waktu dengan
ketiga aktivitas di atas plus mengunjungi orang-orang yang saya kenal di
Pare sebelumnya.
Dua
hari sebelum kembali ke Jogja, saya dan teman baru saya jalan-jalan ke kawasan
wisata Gunung Kelud yang terletak di kecamatan Ngancar, Kab. Kediri. Sekitar
satu jam lebih perjalanan menggunakan motor. Pemandangan alam yang disajikan
begitu indah dan mempesona mata yang memandang. Perbukitan, pegunungan, dan
pepohonan yang menghijau terhampar sepanjang mata memandang. Udara sejuk yang
menyeruak membuat tubuh terasa nyaman. Puncak pegunungan dan tebing curam
seolah-olah enggan menampakan dirinya karena ditutupi kabut tipis. Cahaya
matahari yang bersinar sesekali nampak redup ditutupi awan mendung dan kabut
tipis.
Beberapa
tempat menarik yang ada di kawasan wisata Gunung Kelud di antaranya adalah anak
Gunung Kelud yang di setiap sisinya mengeluarkan uap-uap belerang, gardu
pandang di atas bukit tempat memandang pegunungan, perbukitan, dan pepohonan
hijau, air panas belerang dan air pegunungan segar yang mengalir bersamaan, dan
beberapa tempat menarik lainnya.
Untuk
mencapai tempat memandang yang ada di atas kita harus menaiki tangga yang cukup
panjang dan berkelok. Begitu pun untuk mencapai air panas belerang dan air
segar pegunungan kita juga harus menuruni tangga yang panjang.Tapi semuanya
akan terasa indah dan memuaskan jika kita berhasil mencapainya.
Kawasan
ini juga dilengkapi warung makan yang berjejer, mushalla, toilet pria dan
wanita, tempat parkir luas dan para petugas penjaga, petunjuk area tujuan,
kursi-kursi dan atap berteduh, dan terowongan panjang yang dilengkapi lampu.
Biaya masuk untuk dewasa hari Senin-Jumat sekitar Rp 8.000, apabila membawa
motor dikenakan Rp 1.000, dan untuk parkir motor Rp 3.000. Untuk hari lainnya
tiket dewasa, anak-anak, dan parkir mobil silakan liat di daftar harga.
Setelah
Pare, saya mempunyai beberapa rencana, seperti ke Malang dan Solo atau langsung
balik ke Jogja. Namun masih fifty-fifty. Untuk ke Malang saya
mesti nunggu teman yang akan ke Malang. Ke Solo mungkin bisa dilakukan
sebelum atau sesudah ke Jogja.
Akhirnya
saya balik ke Jogja bareng teman baru yang juga sama-sama kuliah
di Jogja namun beda kampus. Ia mengajak saya pakai sepeda motor
ke Jogja. Pengalaman pertama perjalanan
jauh di Jawa menggunakan sepeda motor. Kami berangkat pukul 7.30 WIB dari Pare.
Beberapa kabupaten kami lewati sebelum sampai ke Jogja seperti Jombang,
Nganjuk, Madiun, Ngawi, Sragen, Solo, dan Klaten. Jalanan banyak yang
berlubang. Beberapa kali kendaraan kami menabrak lubang jalan yang bisa
berbahaya bagi pengendara. Untuk roda empat tentu tidak terlalu bermasalah,
namun bagi roda dua cukup mengkhawatirkan dan berbahaya. Kami sempat
menyaksikan dua kali razia sepeda motor oleh polisi, namun kami selamat karena
SIM dan STNK ada.
Di
Solo kami sempat tersesat untuk menemukan warung ayam tulang lunak favorit
saya. Kami akan makan siang di warung yang terletak tidak jauh dari kampus
Universitas Sebelas Maret tersebut. 1 porsi ayam + nasi lalapan seharga Rp
10.000. Selesai makan kami melanjutkan perjalanan ke Jogja. Solo sedang mendung.
Hujan lebat sempat menghentikan perjalanan kami cukup lama. Beberapa titik
terkena dampak banjir akibat hujan lebat. Setelah berpikir kami lanjutkan saja
perjalanan ini. Hujan sepertinya akan lama. Laptop, netbook, kamera, HP,
dan dompet saya letakkan di bawah jok motor.
Kami
tiba di Jogja sore hari namun hari belum gelap. Jogja tidak diguyur hujan malah
cuaca cerah. Saya kembali lagi ke kota Gudeg. Spirit baru pasca liburan.
My
journey is my experience.
0 komentar:
Posting Komentar