Senin, 11 Februari 2013

Liburan (lagi) ke Jawa Timur


Walaupun sering mengunjungi daerah dan tempat yang sama, namun cerita yang  bisa dikisahkan di dalamnya bisa berbeda. Itu yang saya alami ketika harus berlibur lagi ke Jatim, Surabaya dan Pare. Saya memulai perjalanan dari Jogja menggunakan bis eksekutif. Saya mempertimbangkan lebih baik menggunakan bis eksekutif, selain dapat jatah makan-minum, saya juga bisa salat, karena bis akan berhenti sekitar 20 menit di Ngawi. Beda dengan bis ekonomi yang tidak akan berhenti kecuali di terminal atau menurunkan dan menaikkan penumpang.
Bis menempuh perjalanan sekitar 7 atau 7,5 jam ke Surabaya. Saya tiba pukul 7 malam di terminal Bungurasih/Purabaya Surabaya. Berangkat sekitar pukul 10 pagi dari terminal Giwangan Jogja. Dari terminal saya naik angkot ke kontrakan teman. Khawatir juga naik angkot malam-malam. Rawan kejahatan.
Di Surabaya saya menginap di kontrakan  teman selama 3 hari. Sedikit lebih hemat ketimbang menginap di hotel atau penginapan. Teman saya adalah mahasiswa di PTAIN Surabaya, sedang magang sebagai penyiar radio swasta di Surabaya. Kami sama-sama asli Kalimantan dan satu kampus di Banjarmasin dulunya.

Tidak terlalu banyak tempat yang saya explore di sini kecuali beberapa saja. Padahal Surabaya sebagai kota pahlawan dan kota terbesar kedua setelah Jakarta memiliki tempat bagus untuk traveling. Salah satu tempat menarik yang saya dan teman kunjungi adalah taman Tugu Pahlawan. Tempat ini bagus dan menarik dengan beberapa patung pahlawan, mobil tua, taman hijau, museum dan pernak-perniknya.
Dari Surabaya saya menuju destinasi berikutnya, Pare. Saya lama berada di sini dulu untuk belajar bahasa Inggris. Di Pare saya berencana tinggal selama dua minggu. Saya tinggal di kos dengan tarif Rp 60.000 ditambah sewa sepeda Rp 20.000. Saya akan menulis, memotret objek menarik tentang Pare, dan jalan-jalan. Saya berencana mengambil kursus IELTS (International English Language Testing System) atau semacam TOEFL (Test of English as Foreign Language).
Di Pare saya menemukan teman-teman baru yang berasal dari beragam daerah di Indonesia. Tukar informasi dan sebagainya tentu bisa saya dapatkan di sini. Kesempatan untuk memperluas jaringan pertemanan tak akan saya sia-siakan. Pare sebenarnya juga bisa dijadikan sebagai kampung pertemuan beragam manusia Indonesia dengan beragam latar belakang sosial, budaya, agama, dan sebagainya.
Namun saya tidak menemukan kursus untuk periode tanggal 25 yang konsen ke IELTS. Yang ada hanya satu bulan dan dua minggu periode tanggal 10. Jadinya saya hanya  jalan-jalan, foto-foto, dan menulis. Tidak banyak aktivitas yang saya lakukan di Pare, kecuali menghabiskan waktu dengan ketiga aktivitas di atas plus mengunjungi orang-orang yang saya kenal di Pare sebelumnya. 

Dua hari sebelum kembali ke Jogja, saya dan teman baru saya jalan-jalan ke kawasan wisata Gunung Kelud yang terletak di kecamatan Ngancar, Kab. Kediri. Sekitar satu jam lebih perjalanan menggunakan motor. Pemandangan alam yang disajikan begitu indah dan mempesona mata yang memandang. Perbukitan, pegunungan, dan pepohonan yang menghijau terhampar sepanjang mata memandang. Udara sejuk yang menyeruak membuat tubuh terasa nyaman. Puncak pegunungan dan tebing curam seolah-olah enggan menampakan dirinya karena ditutupi kabut tipis. Cahaya matahari yang bersinar sesekali nampak redup ditutupi awan mendung dan kabut tipis. 

Beberapa tempat menarik yang ada di kawasan wisata Gunung Kelud di antaranya adalah anak Gunung Kelud yang di setiap sisinya mengeluarkan uap-uap belerang, gardu pandang di atas bukit tempat memandang pegunungan, perbukitan, dan pepohonan hijau, air panas belerang dan air pegunungan segar yang mengalir bersamaan, dan beberapa tempat menarik lainnya.
Untuk mencapai tempat memandang yang ada di atas kita harus menaiki tangga yang cukup panjang dan berkelok. Begitu pun untuk mencapai air panas belerang dan air segar pegunungan kita juga harus menuruni tangga yang panjang.Tapi semuanya akan terasa indah dan memuaskan jika kita berhasil mencapainya.
Kawasan ini juga dilengkapi warung makan yang berjejer, mushalla, toilet pria dan wanita, tempat parkir luas dan para petugas penjaga, petunjuk area tujuan, kursi-kursi dan atap berteduh, dan terowongan panjang yang dilengkapi lampu. Biaya masuk untuk dewasa hari Senin-Jumat sekitar Rp 8.000, apabila membawa motor dikenakan Rp 1.000, dan untuk parkir motor Rp 3.000. Untuk hari lainnya tiket dewasa, anak-anak, dan parkir mobil silakan liat di daftar harga.
Setelah Pare, saya mempunyai beberapa rencana, seperti ke Malang dan Solo atau langsung balik ke Jogja. Namun masih fifty-fifty. Untuk ke Malang saya mesti nunggu teman yang akan ke Malang. Ke Solo mungkin bisa dilakukan sebelum atau sesudah ke Jogja.
Akhirnya saya balik ke Jogja bareng teman baru yang juga sama-sama kuliah di Jogja namun beda kampus. Ia mengajak saya pakai sepeda motor ke Jogja. Pengalaman  pertama perjalanan jauh di Jawa menggunakan sepeda motor. Kami berangkat pukul 7.30 WIB dari Pare. Beberapa kabupaten kami lewati sebelum sampai ke Jogja seperti Jombang, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Sragen, Solo, dan Klaten. Jalanan banyak yang berlubang. Beberapa kali kendaraan kami menabrak lubang jalan yang bisa berbahaya bagi pengendara. Untuk roda empat tentu tidak terlalu bermasalah, namun bagi roda dua cukup mengkhawatirkan dan berbahaya. Kami sempat menyaksikan dua kali razia sepeda motor oleh polisi, namun kami selamat karena SIM dan STNK ada.
Di Solo kami sempat tersesat untuk menemukan warung ayam tulang lunak favorit saya. Kami akan makan siang di warung yang terletak tidak jauh dari kampus Universitas Sebelas Maret tersebut. 1 porsi ayam + nasi lalapan seharga Rp 10.000. Selesai makan kami melanjutkan perjalanan ke Jogja. Solo sedang mendung. Hujan lebat sempat menghentikan perjalanan kami cukup lama. Beberapa titik terkena dampak banjir akibat hujan lebat. Setelah berpikir kami lanjutkan saja perjalanan ini. Hujan sepertinya akan lama. Laptop, netbook, kamera, HP, dan dompet saya letakkan di bawah jok motor.
Kami tiba di Jogja sore hari namun hari belum gelap. Jogja tidak diguyur hujan malah cuaca cerah. Saya kembali lagi ke kota Gudeg. Spirit baru pasca liburan.
My journey is my experience.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Traveling | Design : Noyod.Com